Pengolahan tanah
meliputi pekerjaan penyiapan/pengolahan lahan sehingga siap ditanami. Pengolahan
tanah secara umum dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah primer (pengolahan
tanah pertama) dan pengolahan tanah sekunder (pengolahan tanah kedua), meskipun
pada kenyataannya pembedaan tersebut kurang tegas (bisa saling tumpang tindih).
Perbedaan antara pengolahan tanah primer dan pengolahan tanah sekunder biasanya
didasarkan pada kedalaman pengolahan serta hasil olahannya. Pengolahan tanah
pertama biasanya mempunyai kedalaman olah yang lebih dalam (>15 cm ) dengan bongkah
tanah hasil pengolahan lebih besar, sedangkan pengolahan tanah kedua mengolah
tanah lebih dangkal (< 15 cm) serta hasil olahannya sudah halus dengan
permukaan tanah yang relatif rata (siap untuk ditanami) (Pak Tas, 2008).
Peralatan yang digunakan oleh petani pada pengolahan tanah primer adalah
untuk memotong, memecah dan membalik tanah sampai kedelaman dari 15 sampai 91
cm. Alat-alat tersebut yaitu :
1.
Bajak Singkal (Mold Board Plow)
Bajak Singkal
dapat digunakan untuk bermacam-macam jenis tanah dan sangat baik untuk membalik
tanah. Bagian dari bajak singkal yang berfungsi memotong dan membalik tanah
disebut botton, yang dibangun dari
bagian-bagian utama, yaitu : singkal (molg
board), pisau (share) dan penahan
samping (landside). Ketiga bagian
utama tersebut dipadukan pada bagian yang disebut frog. Unit ini dihubungkan dengan rangka (frame) melalui batang penarik (beam). Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh gambar disamping:
2.
Bajak Piringan
(Disk Plow)
Bajak piringan
diciptakan untuk mengolah tanah dengan kondisi yang sulit bagi bajak singkal.
Piringan dari bajak ini pada saat beroperasi dapat menggelinding dan berputar,
sehingga bukan telapak bajak yang harus meluncur sehingga diharapkan dapat
mengurangi gesekan dan tahanan tanah (draff) yang terjadi. Setiap piringan dari
bajak piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk (scraper) yang berguna
selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada piringan juga membantu dalam
pembalikan potongan tanah.
Gambar disamping menunjukkan piringan bajak.
Keuntungan
menggunakan bajak piringan yaitu :
ü Dapat bekerja
di tanah keras dan kering
ü Dapat untuk
tanah-tanah yang lengket dan berdebu
ü Dapat untuk
tanah-tanah yang kasar, berbatu dan banyak perakaran
ü Dapat untuk
tanah-tanah yang gambut dan berseresah tebal
ü Dapat untuk
pembajakan yang dalam
(Wijanto,
1996).
3.
Bajak Rotary
Alat pengolah tanah yang terdiri dari beberapa pisau yang
tertaut pada poros yang berputar dari sumber tenaga traktor atau disambungkan
dengan sumber daya putar dari traktor (PTO), berfungsi mencacah dan
menghancurkan tanah yang ringan atau bongkahan tanah hasil pembajakan dengan
bajak singkal atau bajak piringan dimana lebar poros menentukan lebar
pengolahan tanah (Badan Standardisasi Nasional, 2009).
Pengolahan Tanah kedua dilakukan
setelah pembajakan, istilah pengolahan tanah kedua atau pengolahan tanah
sekunder diartikan sebagai pengadukan tanah sampai jeluk yang relatif tidak
terlalu dalam. Alat-alat pengolah
tanah kedua meliputi:
1.
Garu (Harrow)
Merupakan peralatan yang dipergunakan
untuk meratakan tanah, memecah bongkahan tanah, mengaduk tanah dan mencegah
serta membinasakan gulma, dan sering juga dipergunakan untuk menutup biji. Berikut merupakan macam-macam garu,
yaitu:
·
Garu Piringan (Disk Harrow)
Garu piringan yang digunakan sebelum
pembajakan untuk memotong sisa tanaman yang tertinggal dipermukaan tanah dan
menggemburkan tanah lapisan atas sehingga paliran akan membentuk hubungan yang
lebih baik dengan tapak paliran sehingga mencegah terbentuknya ruang-ruang
udara saat paliran dibalik. Penggunaan setelah pembajakan untuk menggemburkan
tanah dan menempatkan tanah dalam keadaan yang lebih baik bagi benih. Tujuan
lain adalah :
ü Menyiapkan
lahan dalam keadaan siap tanam
ü Pendangiran
tanah
ü Pemberaan
ü Menutup biji
yang disebarkan dengan tanah.
(Dian,
2010).
Pembajakan
yang baik terdiri atas pembalikan dan pemerataan tanah, pembuatan paliran yang
bersih bulat seragam. Pembajakan memiliki peran penting dalam pengolahan tanah,
sehingga perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
Ø Puncak paliran (furrow) sedikit bergerigi.
Ø Tanah harus digemburkan dengan sempurna dari puncak
sampai dasar paliran.
Ø Masing-masing paliran harus lurus dari ujung ke
ujung lahan yang rata.
Ø Setiap paliran balik sedikit lebih tinggi dan segala
macam seresah tertimbun dengan sempurna.
Ø Garis besar paliran harus pada satu titik tanpa
patahan dan cekungan.
Ø Semua seresah harus terbenam empurna di sudut kanan
paliran yang lebih rendah.
Ø Paliran haris sepenuhnya seragam.
Ø Kedalaman semua paliran harus sama, yang berlanjut
dengan kedalaman yang seragam.
Ø Alur buntu harus bebas dari semua seresah.
Ø Jalur yang tak terpecah tidak boleh dibiarkan di
antara paliran dalam pembajakan menurut kontur (garis tinggi)
(Dahono, 1997).
Perbedaan pengolahan tanah modern
dengan pengolahan tanah sederhana adalah pada alat-alat yang digunakan.
Pengolahan tanah modern menggunakan perlatan modern, seperti traktor sebagai
tenaga penggerak bajak. Akan tetapi pengolahan tanah sederhana, masih menggunakan
tenaga penggerak dari hewan, seperti kerbau, sapi, atau hewan ternak lainnya
dalam pengolahan tanahnya. Sehingga, akan lebih baik menggunakan cara
pengolahan tanah modern, karena memiliki banyak keuntungan, diantaranya adalah
proses pengolahan tanah lebih cepat diselesaikan karena menggunakan tenaga
mesin.
Sumber :
Badan Standardisasi Nasional, 2009. Traktor Roda Dua-Unjuk Kerja dan Cara Uji.
http://pphp.deptan.go.id/download/layanan_informasi/mutu_dan_standarisasi/sni-sni_tanaman_pangan/31146_sni_0738-2010.pdf.
Diakses pada 18 April 2012.
Dahono, 1997. Pengolahan
Tanah dengan Traktor Tangan. Jakarta: Bagian
Proyek Pendidikan Kejuruan Teknik IV
Proyek Pendidikan Kejuruan Teknik IV
Dian, 2010. Alat
dan Mesin Pengolah Tanah.
http://dianberkata.blogspot.com/2010/05/alat-dan-mesin-pengolahan-tanah.html.
Diakses pada tanggal 18 April 2012.
Pak Tas, 2008. Pengantar
Mata Kuliah Mesin Peralatan Pertanian. http://teknoperta.wordpress.com/2008/09/18/pengantar-mk-mesin-peralatan-pertanian-2/.
Diakses pada tanggal 18 April 2012.
Wijanto, 1996. Memilih,
Merawat, dan Menggunakan Traktor Tangan. Jakarta: Penebar Swadaya.